A.
Alam Semesta
Alam Semesta dapat didefinisikan sebagai segala sesuatu yang
dianggap ada secara fisik, seluruh ruang dan waktu, dan segala bentuk materi serta energi. Istilah Semesta atau Jagad Raya dapat digunakan dalam indra
kontekstual yang sedikit berbeda, yang menunjukkan konsep-konsep seperti kosmos, dunia, atau alam.
Kata Universe biasanya
didefinisikan mencakup keseluruhan. Namun, dengan menggunakan definisi
alternatif, beberapa kosmolog berspekulasi bahwa Universe hanya
merujuk pada alam dimana keberadaan kita berada. Hal ini terkait dengan
pemaknaan alam semesta kita yang hanya merupakan satu dari banyak
"semesta" yang secara kolektif disebut multiverse.
Sebagai contoh, dalam banyak hipotesis dunia semesta baru yang melahirkan
dengan setiap gagasan kutipan pengukuran kuantum, semesta ini biasanya dianggap
benar-benar terputus dari kita sendiri dan tidak mungkin dapat diamati memalui
indra kontektual manusia. Pengamatan bagian yang lebih tua dari alam semesta
(yang jauh) menunjukkan bahwa alam semesta telah diatur oleh hukum fisika yang
sama dan konstan di sebagian besar wilayah luas yang mengandung sejarah. Namun,
dalam teori gelembung alam semesta, mungkin ada variasi tak terbatas
semesta yang dibuat dalam berbagai cara, dan mungkin masing-masing memiliki
konstanta fisik yang berbeda.
B.
Al-Quran Berbicara Tentang Alam Semesta
Allah SWT Berfirman yang artinya :
"Dialah pencipta langit dan bumi."
(Q.S: Al-'An`ām :101)
Kesimpulan
yang didapat astrofisika saat ini adalah bahwa keseluruhan alam semesta,
beserta dimensi materi dan waktu, muncul sebagai hasil dari suatu ledakan
raksasa yang tejadi dalam sekejap. Peristiwa ini, yang dikenal dengan "Big
Bang", membentuk keseluruhan alam semesta sekitar 15 milyar tahun lalu.
Jagat raya tercipta dari suatu ketiadaan sebagai hasil dari ledakan satu titik
tunggal. Kalangan ilmuwan modern menyetujui bahwa Big Bang merupakan
satu-satunya penjelasan masuk akal dan yang dapat dibuktikan mengenai asal mula
alam semesta dan bagaimana alam semesta muncul menjadi ada.
Gambar berikut menunjukkan ilustrasi peristiwa Big Bang, yang sekali
lagi mengungkapkan bahwa Allah telah menciptakan jagat raya dari ketiadaan. Big
Bang adalah teori yang telah dibuktikan secara ilmiah.
Dan dalam ayat lain Allah SWT juga telah
berfirman yang artinya:
"Dan apakah orang-orang yang kafir tidak
mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang
padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari airKami
jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga
beriman?"
(Q.S Al- Anbiya: 30)
Ketika kita
bandingkan penjelasan ayat tersebut dengan berbagai penemuan ilmiah, akan kita
pahami bahwa keduanya benar-benar bersesuaian satu sama lain. Yang sungguh
menarik lagi, penemuan-penemuan ini belumlah terjadi sebelum abad ke-20,
padahal Al-Qur’an telah memberitakan kepada kita sejak 1.400 tahun yang lalu.
C.
Penelitian Mengenai Bentuk Jagad Raya
Beberapa teori
tentang jagad raya pernah
dirilis beberapa ilmuan sebelumnya. Tetapi teori tanduk (lebih
mirip terompet tanduk) yang dikemukakan Prof.Frank Steiner
sempat menjadi perbincangan para ilmuwan seperti yang diberitakan Guardian tahun
2005
Namun sebelumnya, Einstein juga pernah menyebutkan tentang jagad raya
yang melengkung atau berbentuk pelana. Beberapa ilmuan menganggap jagad raya berbentuk donat. Tahun 2003, tim asal Newyork berspekulasi bahwa alam
semesta mungkin berukuran kecil tapi
seperti tanpa henti mengikuti set dodecahedrons atau bola, sehingga perjalanan jagad raya dalam satu arah akan kembali lagi ke Bumi
(seperti mengelilingi dunia, berbentuk terompet sangkakala).
Sekitar tahun 2005 silam sekelompok ilmuwan yang dipimpin oleh
Prof. Frank Steiner dari Universitas Ulm, Jerman melakukan observasi
terhadap alam semesta untuk menemukanbentuk sebenarnya dari alam
semesta rayaini sebab prediksi yang umum selama ini mengatakan bahwa
alam semesta berbentuk bulat bundar atau prediksi lain menyebutkan bentuknya datar saja.
Mereka menggunakan sebuah peralatan canggih milik NASA yang bernama “Wilkinson Microwave Anisotropy Prob” (WMAP). Dan Wilkinson Microwave Anisotropy Probe (WMAP) adalah alat yang merupakan bagian dari program atau misi NASA untuk melihat Kosmologi (studi tentang sifat alam semesta) secara keseluruhan. Proyek ini melakukan observasi terhadap alam semesta untuk menemukan bentuk sebenarnya dari alam semesta. Sebab prediksi yang umum selama ini mengatakan bahwa alam semesta berbentuk bulat-bundar atau prediksi lain menyebutkan bentuknya datar. Tim WMAP mengamati pola titik-titik panas dan dingin radiasi microwave kosmik, yang bisa menggambarkan bentuk alam semesta 380.000 tahun setelah Big Bang. Proyek WMAP dari NASA membuat peta titik-titik tadi secara mendetail, hasilnya ialah pola itu cenderung memudar, yakni tidak ada titik panas dan dingin yang tampak melebihi jarak rentang 60 derajat. Ini menyimpulkan bahwa ketika mengembang, alam semesta terulur panjang. Sempit di awal dan kemudian makin lebar seperti corong. Mirip bentuk terompet abad pertengahan. Hal ini tentu mematahkan prediksi selama ini yang menyatakan bahwa bentuk alam semesta seperti bola (bulat) yang mengembang ke segala arah.
Mereka menggunakan sebuah peralatan canggih milik NASA yang bernama “Wilkinson Microwave Anisotropy Prob” (WMAP). Dan Wilkinson Microwave Anisotropy Probe (WMAP) adalah alat yang merupakan bagian dari program atau misi NASA untuk melihat Kosmologi (studi tentang sifat alam semesta) secara keseluruhan. Proyek ini melakukan observasi terhadap alam semesta untuk menemukan bentuk sebenarnya dari alam semesta. Sebab prediksi yang umum selama ini mengatakan bahwa alam semesta berbentuk bulat-bundar atau prediksi lain menyebutkan bentuknya datar. Tim WMAP mengamati pola titik-titik panas dan dingin radiasi microwave kosmik, yang bisa menggambarkan bentuk alam semesta 380.000 tahun setelah Big Bang. Proyek WMAP dari NASA membuat peta titik-titik tadi secara mendetail, hasilnya ialah pola itu cenderung memudar, yakni tidak ada titik panas dan dingin yang tampak melebihi jarak rentang 60 derajat. Ini menyimpulkan bahwa ketika mengembang, alam semesta terulur panjang. Sempit di awal dan kemudian makin lebar seperti corong. Mirip bentuk terompet abad pertengahan. Hal ini tentu mematahkan prediksi selama ini yang menyatakan bahwa bentuk alam semesta seperti bola (bulat) yang mengembang ke segala arah.
Di mana pada bagian ujung belakang wilayah “terompet” alam semesta itu
merupakan alam semesta yang tidak bisa diamati (unobservable), sedang bagian
depan, di mana bumi dan seluruh sistem tata surya berada merupakan alam semesta
yang masih mungkin untuk diamati (observable). Berikut merupakan gambar
mengenai bentuk jagad raya seperti terompet seperti yang ditemukan oleh
Prof. Frank Steiner.
Tim
WMAP yakin bahwa alam semesta bukanlah berbentuk bola, tetapi berbentuk
terompet. Alam semesta bukan meluas tak terbatas, tetapi dibatasi oleh ujung
terompet. Jadi, alam semesta ada awal dan akhirnya. Hanya Allah yang tidak
berawal dan berakhir, “Huwal awwalu wal akhiru”.
Di dalam kitab Tanbihul Ghofilin Jilid 1 hal. 60 ada sebuah
hadits panjang yang menceritakan tentang kejadian kiamat yang pada bagian
awalnya sangat menarik untuk dicermati.
Abu Hurairah ra berkata : Rasulullah saw bersabda :
“Ketika Allah telah selesai menjadikan langit dan
bumi, Allah menjadikan sangkakala (terompet) dan diserahkan kepada malaikat
Isrofil, kemudian ia letakkan dimulutnya sambil melihat ke Arsy menantikan
bilakah ia diperintah. Saya bertanya : “Ya Rasulullah apakah sangkakala itu?”
Jawab Rasulullah : “Bagaikan tanduk dari cahaya.” Saya tanya : “Bagaimana
besarnya?” Jawab Rasulullah : “Sangat besar bulatannya, demi Allah yang
mengutusku sebagai Nabi, besar bulatannya itu seluas langit dan bumi, dan akan
ditiup hingga tiga kali. Pertama : Nafkhatul faza’ (untuk menakutkan). Kedua :
Nafkhatus sa’aq (untuk mematikan). Ketiga: Nafkhatul ba’ats (untuk menghidupkan
kembali atau membangkitkan).”
Kalimat seluas langit dan bumi dapat
dipahami sebagai ukuran yang meliputi/mencakup seluruh wilayah langit (sebagai
lambang alam tak nyata/ghoib) dan bumi (sebagai
lambang alam nyata/syahadah).
Atau dengan kata lain, bulatan terompet malaikat Isrofil itu melingkar
membentang dari alam nyata hingga alam ghoib.
Jika keshohihan hadits di atas bisa dibuktikan dan data yang diperoleh
lewat WMAP akurat dan bisa
dipertanggungjawabkan maka bisa dipastikan bahwa kita ini bagaikan rama-rama
(kupu-kupu) yang hidup di tengah-tengah kaldera gunung berapi paling aktif yang
siap meletus kapan saja.
Bukti yang tadinya untuk akal manusia saja masih merupakan misteri.
Kenapa dan apa yang dimaksud dengan terompet (sangkakala) malaikat Isrofil itu.
Dan Allah telah mengabarkan kedahsyatan terompet malaikat Isrofil itu
dalam surah An Naml ayat 87 :
“Dan
pada hari ketika terompet di tiup, maka terkejutlah semua yang di langit dan
semua yang di bumi kecuali mereka yang di kehendaki Allah. Dan mereka semua
datang menghadapNya dengan merendahkan diri.”
(An
Naml 87)
Makhluk langit saja bisa terkejut apalagi makhluk bumi yang notabene jauh
lebih lemah dan lebih kecil. Pada sambungan hadits di atas ada sedikit preview
tentang seperti apa keterkejutan dan ketakutan makhluk bumi kelak.
“Pada saat tergoncangnya bumi,
manusia bagaikan orang mabuk sehingga ibu yang mengandung gugur kandungannya,
yang menyusui lupa pada bayinya, anak-anak jadi beruban dan setan-setan
berlarian.”
Ada sebuah pertanyaan yang menggelitik, jika TEROMPETNYA saja sebesar
itu, bagaimana dengan PENIUPNYA dan bagaimana pula SANG PENCIPTA keduanya?
Wallahua’alam bishawab dan Maha
Besar dan Maha Benar Allah SWT dengan segala firmanNya.